Kata al-Umm Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menggunakan kata “al-Umm” untuk makna sebuah induk atau pusat  yang baik dan suci dari hal-hal yang besar, sebagaimana Mekah al-Mukarramah disebut “Ummul Quro” (induk desa-desa) karena ia menjadi tempat turunnya al-Risalah al-Samawiyah (agama langit) yang Allah Swt meringkasnya dalam “Islam” yang merupakan tujuan semua para Rasul dan seluruh risalah, Allah Swt berfirman:
وهذا كتاب انزلناه مبارك مصدق الذي بين يديه ولتنذر أم القرى ومن حولها
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di sekitarnya. (al-An’am, 92)
Allah Swt juga berfirman:

وكذلك أوحينا إليك قرآناً عربياً لتنذر أم القرى ومَن حولها
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk  sekelilingnya. (Asy-Syuura 7)
Allah Swt juga menyebut untuk khazanah-khazanah ilmu-Nya dengan sebuah istilah “Ummul Kitab”, Allah Swt berfirman:
يمحو الله ما يشاء ويثبت وعنده أم الكتاب
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).(al-Ra’ad, 39)
Ummul Kitab tersebut adalah yang muncul darinya setiap apa yang dikenal dengan ciptaan (makhluq) dan setiap apa yang diketahui dan segala apa saja yang diketahui oleh semua akal, dan apa saja yang tidak dapat diketahui oleh pengelihatan-pengelihatan baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat, ia merupakan gudang atau tempat menyimpan pelaksanaan kehendak Allah Swt yang ada di antara Kaaf dan Nun, Allah Swt Berfirman:
إنما قولنا لشيء إذا أردناه أن نقول له كُن فيكون
Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia. (al-Nahl, 40)
Berdasarkan atas rangkaian dan susunan ini, al-Qur’an al-Karim membedakan antara kata “al-Umm” dan kata “al-Walidah”, Allah Swt menggunakan kata “al-Walidah” untuk perempuan yang telah melahirkan anak kecil tanpa melihat atau memandang akan keriteria dan sifatnya yang baik atau yang buruk, melainkan hanya dengan adanya proses beranak atau melahirkan baik manusia maupun binatang ketika bertemu pasangan lelaki dengan pasangan perempuan, dan juga yang berhubungan dengan itu semisal mengandung (hamil) atau menyusui, sebagaimana Allah Swt telah berfirman:
Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA
والوالدات يرضعن أولادهنّ حولين كاملين لمن أراد أن يتمّ الرضاعة.
Para ibu (al-Walidaat) hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.(al-Baqarah, 233)
Ibu (al-Walidah) adalah tempat berbakti dan penghormatan sebagaimana ayah (al-Walid) tidak ada beda antara yang jelek dari keduanya maupun yang baik dan itu berdasarkan atas kewajiban berbakti sebagaimana telah Allah Swt berfirman:
وقضى ربّك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحساناً
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (al-Isra’, 23)
Bahkan jikalau sang ibu “al-Walidah” itu adalah orang jahat atau kafir. Sesungguhnya kewajiban berbakti kepadanya tidaklah gugur.
Sedangkan kata “al-Umm” Allah Swt menggunakannya untuk makna pangkal atau induk yang mulia dan simbol atau lambang pengorbanan,kesucian,kejernihan dan kecintaan serta kasih sayang, dia adalah dasar yang karenanya seorang anak menjadi mulia, dan bangga karena bernasab darinya, coba perhatikan perbedaan berikut ini sebagaimana pernah disampaikan oleh nabi Isa as, ketika beliau menjelaskan tentang kewajiban berbakti kepada seorang ibu dan memuliakannya, beliau menjelaskan “al-Walidah” (ibu) dengan mengatakan
وبراً بوالدتي ولم يجعلني جباراً شقياً.
Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.(Maryam,32)
Dan ketika al-Qur’an berbicara tentang Isa as dan tentang keriteria dan sifat-sifat ibunya yang mulia dan yang merupakan mukjizat, Allah menyebut sang ibu dengan menggunakan kata “al-Umm” Allah Swt berfirman:
ما المسيح ابن مريم إلا رسول قد خلت من قبله الرسل وأمّه صديقة
Al masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar.(al-Ma’idah, 75)
Ketika Allah Swt menginginkan agar para anak melihat kembali bagaimana penderitaan seorang ibu ketika melewati masa bersalin, apa yang dihadapi di awal dan apa pengaruh serta hasil yang dirasakan sang ibu, sesungguhnya al-Qur'an menggunakan kata “al-Umm” untuk sang ibu yang telah berkorban, sabar, yang dimuliakan di hari Kiamat, yang Allah Swt memerintahkan kita untuk selalu memuliakannya di dunia dengan segenap penghormatan yang tidak ada batas, salah satu metode al-Qur’an yang sangat fasih dalam hal ini ialah ia mewasiatkan kepada kita agar berbakti kepada kedua orang tua,baru kemudian membicarakan tentang sang ibu “al-Umm” karena begitu mulianya dia dari sang ayah
ووصّينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهناً على وهن .
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah (Luqman 14)
Begitulah Allah Swt menjelaskan tentang kemuliaan sang ibu “al-Umm” dikarenakan penderiataannya yang sangat dalam keadaan yang lemah yang bertambah-tambah pada saat mengandung dan masih banyak lagi pengorbanannya yang lain, sebagaimana firman Allah Swt:
ووصّينا الإنسان بوالديه إحساناً حملته أمه كرهاً ووضعته كرهاً.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (al-Ahqaf 15)
Dan ketika Allah Swt menjelaskan tentang sejauh mana kasih sayang sang ibu “al-Umm” kepada anak-anaknya, dan sejauh mana belaskasihnya pada mereka, Allah Swt menyebutkannya dengan kata al-Umm (ibu)

وأصبح فؤاد أم موسى فارغاً إن كادت لتبدي به لولا أن ربطنا على قلبها لتكون من المؤمنين .
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia Termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).(al-Qashah 10)
Ketika al-Qur’an menjelaskan tentang sejauh mana kebahagiaan dan kesenangan seorang ibu sepulangnya anaknya yang telah hilang dan terlepas dari bahaya, al-Qur’an menyebutkannya dengan kata al-Umm (Ibu), Allah Swt berfirman:
فرجعناك إلى أمك كي تقرّ عينها ولا تحزن
Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. (Thaha 40).
Guna menunjukkan atas kesucian dan besarnya penghormatan, Allah Swt menyebut para istri-istri Nabi saw dengan kata “al-Ummahat” (Induk yang baik dari hal yang besar ) dan bukan dengan menggunakan kata “al-Walidaat” (para wanita yang melahirkan).
النبي أولى بالمؤمنين من أنفسهم وأزواجه أمهاتهم.
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. (al-Ahzab 6).{Red-ASD}

Ditulis Oleh : Unknown // Jumat, April 15, 2011
Kategori:

0 komentar:

 
Diberdayakan oleh Blogger.