الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَ مِمَّا رَزَقْناهُمْ يُنْفِقُون
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِما أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَ ما أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالآْخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولئِكَ عَلى هُدىً مِنْ رَبِّهِمْ وَ أُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Di awal surat Baqarah, Al-Quran membagi manusia pada tiga golongan. Di mana pembagian ini disesuaikan dengan reaksi yang mereka tunjukan terhadap Islam, tiga golongan tersebut adalah:
1. Golongan Mutaqin: mereka adalah orang-orang yang telah menerima segala dimensi ajaran Islam.
2. Golongan kafir: mereka berada di arah berlawanan golongan pertama, mereka juga mengakui keingkaran mereka, serta mereka tidak segan-segan menampakkan permusuhannya dengan Islam baik melalui ucapan maupun tindakan.
3. Golongan munafik: mereka memiliki dua wajah dan karakter, di depan kaum muslim mereka berlagak sebagai pribadi muslim, sedang di depan musuh-musuh agama ia berbaur dengan kekafiran mereka.
Golongan ketiga lebih berbahaya bagi Islam dibanding golongan kedua. Atas dasar ini Al-Quran sangat ekstrim dan super keras dalam rangka menghadapi mereka.
Klasifikasi semacam ini tidak hanya khusus bagi agama Islam, akan tetapi semua agama dan aliran manapun di dunia, senantiasa dihadapakan pada tiga kelompok tersebut, ada yang menyakini, ada yang mengingkari, dan adapula yang bermuka dua mengaku beriman namun di dalam hati kecilnya ia mengolok-olok agama atau aliran tersebut. Sebagaimana hal ini juga tidak hanya berkaitan dengan sebuah waktu tertentu, akan tetapi hal ini senantiasa terjadi di setiap masa.
Ayat ketiga sampai kelima surat Baqarah menjelaskan ciri-ciri golongan pertama;
1. Iman terhadap hal-hal gaib.
2. Berdialog (menjalin kontak dan hubugan) dengan Allah SWT. Al-Quran menggunakan kata shalat karena ia merupakan simbol dialog seorang hamba dengan tuhannya, mereka tidak akan tunduk pada segala bentuk arca; harta, wanita, tahta, dan lain-lain.
3. Orang-orang yang bertaqwa, selain mengadakan hubungan dan kontak dengan tuhan, iapun juga tidak melupakan hubungannya dengan sesamanya.
Quran juga tidak mengatakan akan tetapi mengatakan supaya juga mencakup nikmat lain sepeti ilmu, tenaga, posisi dan lain-lain. Sebagaimana sabda Imam Shadiq as:" beliau bersabda:
Perlu diperhatikan infaq merupakan undang-undang dan sistem universal dalam alam materi terlebih dalam struktur tubuh. Hati tidak bisa bekerja dan hidup sendiri, ia harus membaginya dan mendistribusikannya kepada organ tubuh yang lain, sehingga sekujur tubuh dapat bekerja sejara normal dan benar.
Pada dasrnya hubungan dengan sesama merupakan imbas dari hubungan yang dibina antara mansuia dan tuhannya.
4. Iman terhadap para nabi.
5. Iman terhadap Hari Kebangkitan, iman bahwa manusia tidak dicipta sia-sia karena keadialn tuhan menuntut demikian. Lupa akan hari perhitungan adalah pangkal segala kerusakan, kezaliman, dan dosa, dan ujung-ujungnya akan mnyeretnya pada siksa tuhan.
Dipakainya kata على dalam ayat ini sebagai isyarat kalau petunjuk tuhan merupakan sebuah perahu yang dinaiki para mutaqin untuk menyampaikannya kepada kebahagiaan dan kemenangan. Hal ini على sering kali dipakai untuk ungkapan isti'lak.
Sedang kata hidayah dengan bentuk nakirah sebagai pertanda akan keagungan hidayah yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka.
هُمُ الْمُفْلِحُونَ memberikan arti inhishar, artinya hanya jalan merekalah yang mampu membawa manusia kepada kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar