Bibir Tersenyum Hati Menangis

Inilah saya yang hanya bisa tersenyum walau hati dibidik anak panah kehidupan....
Nurani kita yang "terbiasa untuk menipu diri sendiri". 
Kita terbiasa untuk bersikap ramah, sedangkan hati kita demikian sulit untuk beramah-tamah dengannya; kita terbiasa untuk tersenyum bahagia, sedangkan hati tengah menangis pilu karena duka dan derita; kita terbiasa untuk bersikap hormat pada orang yang menurut hati kita sungguh tidak patut dihormati. 

Kita terbiasa untuk mengerjakan sesuatu yang hati kita justru menolaknya. 
Kita sangat terbiasa untuk berbuat sesuatu yang menurut hati ini bertentangan dengan agama, akal sehat dan nurani, sehingga hati kita menjerit sendiri. 
Kita terbiasa hidup dalam kepura-puraan. 
Kita sungguh sangat terbiasa mengorbankan integritas jati diri kita. Ya, kita sangat suka mengenakan topeng... 

Tapi, Yang membuat hati saya sangat pedih ialah tiada yang peduli dengan hati dan perasaan saya yang sebenarnya. 
tidak ada yang mahu memahami kesedihan hati dan pederitaan jiwa saya. sebaliknya, saya yang harus bercerita kepada rakan saya apa yg bergelojak dalam jiwa saya. 

Saya perlu memberitahu mereka kerana mereka hanya melihat kegembiraan saya saja dan tidak pernah peduli dengan keremukan jiwa saya.begitu juga saya. dengan wajah sederhana yang sentiasa ceria sudah tentu sukar bagi saya untuk memahami kedukaan dan kesedihan yg mereka rahsiakan."

Saya tidak mengeluh dengan apa yang saya alami, tapi saya cuma ingin dimengerti, karena saya juga manuisa yang butuh kasih sayang, butuh dengan perhatian, butuh semangat dari kalian semua, butuh dengan apa yang sama-sama kita butuhkan...

Semoga kita diberi keukatan untuk ini... 
Buatlah Indah karena pada dasarnya indah, hiasilah hidupmu dengan keindahan dan senyum...
Akhirnya saya berkata, Tetaplah tersenyum....

Ditulis Oleh : Unknown // Rabu, Maret 23, 2011
Kategori:

0 komentar:

 
Diberdayakan oleh Blogger.